Back

Emas Antam Lanjutkan Penurunan, Semakin Dekat Dengan Rp1.900.000

  • Emas Antam turun, Rp1.900.000 berada dalam risiko.
  • Data Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS akan menjadi penggerak terdekat.
  • Di tengah absennya data Indonesia, Emas Antam akan mengekor XAU/USD.

Emas Antam untuk berat 1 gram dijual dengan harga Rp1.907.000 pada hari Jumat yang turun Rp15.000 dari hari kemarin Rp1.924.000. Sementara itu, harga Emas Antam untuk berat 10 gram dan 100 gram masing-masing di Rp18.565.000 dan Rp184.912.000. Harga-harga tersebut belum termasuk pajak PPh 0,25%. Jika dibandingkan dengan harga hari Senin di Rp1.942.000, Emas Antam telah turun Rp35.000. Penurunan harga Emas ini mengikuti pergerakan harga Emas dunia (XAU/USD) di tengah pasar Indonesia yang tutup karena libur tahun baru 1 Muharam 1447 Hijriah.

Emas Antam Mengikuti Jejak Kinerja Merah XAU/USD Kemarin

Emas Antam turun hari ini menyusul XAU/USD yang turun 0,13% pada hari kemarin yang ditutup di area $3.327 setelah mencatatkan terendah hari $3.309 per ons troy. Pada saat berita ini ditulis, XAU/USD berada di area $3.311 yang turun -0,49%.

Data Penting yang Bisa Mempengaruhi Harga Emas Antam

Emas melemah di tengah berlanjutnya perbaikan sentimen setelah gencatan senjata antara Israel dan Iran sebelumnya pekan ini. Investor cenderung melepaskan aset-aset yang dianggap aman seperti Emas dan mencari aset-aset yang lebih berisiko untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi seperti saham. Namun demikian, penurunan Emas ini dibatasi oleh pelemahan Dolar AS.

Dolar AS melemah di tengah menurunnya keyakinan investor pada independensi Federal Reserve (The Fed) AS setelah Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mengisyaratkan ingin mengganti Ketua The Fed, Powell, lebih cepat karena dia tidak kunjung menurunkan suku bunga. Powell menyebut bahwa bank sentral menantikan efek dari kebijakan tarif Trump pada inflasi sebelum mengubah atau menurunkan suku bunga.

Peristiwa terdekat yang berpotensi menggerakkan Emas dalam waktu dekat adalah rilis Indeks Harga Belanja Konsumsi Pribadi (Personal Consumption Expenditure/PCE) AS untuk bulan Mei, pengukur inflasi yang disukai The Fed. Data ini akan diamati untuk menilai apakah kebijakan tarif Trump mulai berefek pada inflasi dan sebagai petunjuk untuk arah kebijakan The Fed ke depan. Pernyataan dari pejabat-pejabat The Fed seperti Williams, Hammack, dan Cook juga akan dicermati untuk mencari petunjuk tambahan.

Perkembangan positif apa pun yang bisa mendorong Dolar AS akan merugikan XAU/USD yang pada akhirnya membuat Emas Antam berisiko menembus dan turun lebih jauh di bawah Rp1.900.000 pada pembukaan hari Sabtu besok.

Dari sisi dalam negeri, tidak ada data atau peristiwa menonjol yang bisa memberikan dorongan signifikan untuk Emas Antam. Namun demikian, investor akan dihadapkan data penting pada hari pertama Juli 2025 yang mencakup IMP Manufaktur S&P Global, Neraca Perdagangan, Inflasi, Ekspor, dan Impor Indonesia.

pertanyaan umum seputar Emas

Emas telah memainkan peran penting dalam sejarah manusia karena telah banyak digunakan sebagai penyimpan nilai dan alat tukar. Saat ini, selain kilaunya dan kegunaannya sebagai perhiasan, logam mulia tersebut secara luas dipandang sebagai aset safe haven, yang berarti bahwa emas dianggap sebagai investasi yang baik selama masa-masa sulit. Emas juga secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan terhadap mata uang yang terdepresiasi karena tidak bergantung pada penerbit atau pemerintah tertentu.

Bank-bank sentral merupakan pemegang Emas terbesar. Dalam upaya mereka untuk mendukung mata uang mereka di masa sulit, bank sentral cenderung mendiversifikasi cadangan mereka dan membeli Emas untuk meningkatkan kekuatan ekonomi dan mata uang yang dirasakan. Cadangan Emas yang tinggi dapat menjadi sumber kepercayaan bagi solvabilitas suatu negara. Bank sentral menambahkan 1.136 ton Emas senilai sekitar $70 miliar ke cadangan mereka pada tahun 2022, menurut data dari World Gold Council. Ini merupakan pembelian tahunan tertinggi sejak pencatatan dimulai. Bank sentral dari negara-negara berkembang seperti Tiongkok, India, dan Turki dengan cepat meningkatkan cadangan Emasnya.

Emas memiliki korelasi terbalik dengan Dolar AS dan Obligasi Pemerintah AS, yang keduanya merupakan aset cadangan utama dan aset safe haven. Ketika Dolar terdepresiasi, Emas cenderung naik, yang memungkinkan para investor dan bank sentral untuk mendiversifikasi aset-aset mereka di masa sulit. Emas juga berkorelasi terbalik dengan aset-aset berisiko. Rally di pasar saham cenderung melemahkan harga Emas, sementara aksi jual di pasar yang lebih berisiko cenderung menguntungkan logam mulia ini.

Harga dapat bergerak karena berbagai faktor. Ketidakstabilan geopolitik atau ketakutan akan resesi yang parah dapat dengan cepat membuat harga Emas meningkat karena statusnya sebagai aset safe haven. Sebagai aset tanpa imbal hasil, Emas cenderung naik dengan suku bunga yang lebih rendah, sementara biaya uang yang lebih tinggi biasanya membebani logam kuning tersebut. Namun, sebagian besar pergerakan bergantung pada perilaku Dolar AS (USD) karena aset tersebut dihargakan dalam dolar (XAU/USD). Dolar yang kuat cenderung menjaga harga Emas tetap terkendali, sedangkan Dolar yang lebih lemah cenderung mendorong harga Emas naik.

EUR/JPY mempertahankan posisi di Bawah 169,00 menyusul Data Indeks Harga Konsumen Tokyo

EUR/JPY tetap lesu selama dua sesi berturut-turut, diperdagangkan di sekitar 168,90 selama jam perdagangan sesi Asia pada hari Jumat. Pasangan mata uang ini mencatat sedikit kerugian setelah rilis data Indeks Harga Konsumen Tokyo (IHK).
Devamını oku Previous

Iran mengatakan tidak ada kesepakatan untuk melanjutkan negosiasi nuklir

Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan pada hari Jumat bahwa Teheran tidak berencana untuk melanjutkan pembicaraan nuklir dengan Amerika Serikat, menurut CNN
Devamını oku Next